Wednesday, 29 May 2013

Nusaibah binti Kaab : Serikandi perang

18:24 PM RABU 29/5/2013
Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam yang mulia berdiri di puncak bukit Uhud dan memandang musuh yang merangsek maju mengarah pada dirinya. Beliau memandang ke sebelah kanan dan tampak olehnya seorang perempuan mengayun-ayunkan pedangnya dengan gagah perkasa melindungi dirinya. Beliau memandang ke kiri dan sekali lagi beliau melihat wanita tersebut melakukan hal yang sama – menghadang bahaya demi melindungi sang pemimpin orang-orang beriman.
Kata Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam kemudian, “Tidaklah aku melihat ke kanan dan ke kiri pada pertempuran Uhud kecuali aku melihat Nusaibah binti Ka’ab berperang membelaku.”

Memang Nusaibah binti Ka’ab Ansyariyah demikian cinta dan setianya kepada Rasulullah sehingga begitu melihat junjungannya itu terancam bahaya, dia maju mengibas-ngibaskan pedangnya dengan perkasa sehingga dikenal dengan sebutan Ummu Umarah, adalah pahlawan wanita Islam yang mempertaruhkan jiwa dan raga demi Islam termasuk ikut dalam perang Yamamah di bawah pimpinan Panglima Khalid bin Walid sampai terpotong tangannya. Ummu Umarah juga bersama Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam dalam menunaikan Baitur Ridhwan, yaitu suatu janji setia untuk sanggup mati syahid di jalan Allah.

Nusaibah adalah satu dari dua perempuan yang bergabung dengan 70 orang lelaki Ansar yang berbaiat kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam. Dalam baiat Aqabah yang kedua itu ia ditemani suaminya Zaid bin Ahsim dan dua orang puteranya: Hubaib dan Abdullah. Wanita yang seorang lagi adalah saudara Nusaibah sendiri. Pada saat baiat itu Rasulullah menasihati mereka, “Jangan mengalirkan darah denga sia-sia.”
Dalam perang Uhud, Nusaibah membawa tempat air dan mengikuti suami serta kedua orang anaknya ke medan perang. Pada saat itu Nusaibah menyaksikan betapa pasukan Muslimin mulai kocar-kacir dan musuh merangsek maju sementara Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam berdiri tanpa perisai. Seorang Muslim berlari mundur sambil membawa perisainya, maka Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam berseru kepadanya, “berikan perisaimu kepada yang berperang.” Lelaki itu melemparkan perisainya yang lalu dipungut oleh Nusaibah untuk melindungi Nabi.

Ummu Umarah sendiri menuturkan pengalamannya pada Perang Uhud, sebagaimana berikut: “…saya pergi ke Uhud dan melihat apa yang dilakukan orang. Pada waktu itu saya membawa tempat air. Kemudian saya sampai kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam yang berada di tengah-tengah para sahabat. Ketika kaum muslimin mengalami kekalahan, saya melindungi Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam, kemudian ikut serta di dalam medan pertempuran. Saya berusaha melindungi Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam dengan pedang, saya juga menggunakan panah sehingga akhirnya saya terluka.”

Ketika ditanya tentang 12 luka ditubuhnya, Nusaibah menjawab, “Ibnu Qumaiah datang ingin menyerang Rasulullah ketika para sahabat sedang meninggalkan baginda. Lalu (Ibnu Qumaiah) berkata, ‘mana Muhammad? Aku tidak akan selamat selagi dia masih hidup.’ Lalu Mushab bin Umair dengan beberapa orang sahabat termasuk saya menghadapinya. Kemudian Ibny Qumaiah memukulku.”

Rasulullah juga melihat luka di belakang telinga Nusaibah, lalu berseru kepada anaknya, “Ibumu, ibumu…balutlah lukanya! Ya Allah, jadikanlah mereka sahabatku di surge!” Mendengar itu, Nusaibah berkata kepada anaknya, “Aku tidak perduli lagi apa yang menimpaku di dunia ini.”
Subhanallah, sungguh setianya beliau kepada baginda Rasulullah s.aw.

Sesungguhnya Nusaibah Binti Ka’ab Al Anshariyah atau lebih dikenal dengan Ummu Umarah adalah merupakan salah satu contoh yang mempunyai keberanian yang kukuh pada setiap saat. Ia merupakan pahlawan wanita yang tidak pernah alpa dalam melaksanakan kewajipan .Semua yang dilakukan itu untuk memperoleh kemuliaan di dunia dan kenikmatan di akhirat.

Dia adalah seorang sahabat wanita yang agung. Dia termasuk salah seorang wanita yang bergabung dengan 70 puluh orang lelaki Ansar yang ingin berbaiat kepada Rasulullah SAW. Dalam baiat Aqabah yang kedua itu dia bersama dengan suaminya Zaid bin Ahsim dan dua orang puteranya Hubaib yang dibunuh oleh Musailamah setelah itu, dan Abdullah perawi hadith wuduk. Sedangkan wanita yang seorang lagi adalah saudaranya.
Ummu Umarah merupakan seorang wanita yang berani, pandai menjaga harga diri, jujur dan rajin. Perkara ini dijelaskan oleh Rasulullah sendiri ketika dia membuat baiat. Baginda bersabda “Janganlah mengalirkan darah dengan sia-sia.”

PAHLAWAN WANITA ANSAR

Ibnu Saad memberikan gambaran yang indah mengenai Ummu Umarah didalam kitabnya Thabaqat seperti berikut:

“Ummu Umarah telah masuk Islam, ia telah menghadiri malam perjanjian Aqabah dan berbaiat kepada Rasulullah SAW. Ia ikut dalam perang Uhud, Perjanjian Hudaybiah, Umrah Qadha, Perang Hunayn, Perang Yamamah dan dia terpotong tangannya dan mendengar beberapa hadith Rasulullah SAW”.
Ummu Umarah menceritakan sendiri pengalamannya ketika Perang Uhud.Sebagaimana diungkap oleh Ibnu Sa’ad katanya:

“Pada permulaan siang, saya pergi ke Uhud dan saya melihat apa yang dilakukan orang. Pada waktu itu saya membawa tempat yang berisi air. Kemudian saya sampai kepada Rasulullah SAW yang berada di tengah-tengah para sahabat. Ketika kaum muslimin mengalami kekalahan, saya melindungi Rasulullah SAW, kemudian ikut serta di dalam medan pertempuran. Saya berusaha melindungi Rasulullah SAW dengan pedang, saya juga menggunakan panah sehingga akhirnya saya terluka”.

Ketika Said bin Ibnu Rabi menanyakan kepadanya tentang luka yang dilihat di belakangnya, bagaimana kisahnya sehingga terjadi yang demikian. Ummu Umarah menjawab, “Ibnu Qumaiah datang ingin menyerang baginda, ketika para sahabat sudah meninggal Rasulullah SAW. Lalu ia berkata,

“Tunjukkan aku di mana Muhammad, aku tidak akan selamat selagi dia masih hidup”. Lalu Mushab bin Umair dengan beberapa orang sahabat termasuk saya menghadapinya. Kemudian Ibnu Qumaiah memukulku”.

Imam Az Zahabi berkata:
“Dia adalah wanita yang utama dan pejuang dari kalangan Ansar, Khazraj, Najjar, Mazin dan sebagai orang Madinah. Saudaranya Abdullah bin Kaab termasuk kelompok para sahabat yang ikut dalam perang Badar . Begitu juga saudaranya Abdurrahman termasuk orang yang suka menangis”.

Al Waqidi berkata:
“Ummu Umarah ikut Perang Uhud bersama suaminya dan dua orang anaknya dari suaminya yang pertama. Ia keluar untuk memberi minum dengan membawa qirbah atau tempat air yan buruk . Ia juga ikut berperang dan mendapat cubaan yang baik sehingga mendapat banyak dua belas luka ditubuhnya”

Imam Az Zahabi meriwayatkan darinya bahwa dia berkata:
“Saya mendengar Rasulullah SAW berkata: ” Sesungguhnya kedudukan Nusaibah pada hari ini adalh lebih baik dari kedudukan fulan dan fulan” .

Ibnu Saad juga meriwayatkan ungkapan Ummu Umarah sendiri sebagai berikut:
“Saya melihat para sahabat sudah jauh jaraknya dari Rasulullah SAW, hingga tinggal kelompik kecil yang tidak sampai 10 orang . Saya beserta kedua anak saya serta suami saya berada di hadapan baginda untuk melindunginya. Baginda melihat saya tidak mempunyai perisai, baginda melihat pula seorang lelaki yang mengundur diri sambil membawa perisai . Kemudian nabi bersabda kepadanya, “Berikanlah perisaimu kepada orang yang sedang berperang”. Ia pun melemparkannya, kemudian saya ambil dan
gunakannya untuk melindungi Rasulullah SAW”.

“Pasukan berkuda itu melakukan berbagai gerakan, seandainya mereka mengganggu baginda nescaya akan kami lawan mereka. Kemudian datanglah seorang yang menunggangi kuda yang hendak memmukul saya. Maka saya gunakan perisai tetapi ia tidak jadi melakukannya dan akhirnya berpaling. Ketika itu saya pukul kaki kudanya dan punggungnya. Lalu Rasulullah SAW memanggil,” Wahai putera Ummu Umarah, bantulah ibumu, bantulah ibumu”. “Kemudian anak saya datang membantu saya sehingga saya dapat membunuhnya.”

Imam AzZahabi meriwayatkan kisah ini melalui ungkapan anak Ummu Umarah yang bernama Abdullah bin Zaid. Katanya,“Pada suatu hari saya terluka dan darahnya tidak mahu berhenti.” Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Balutlah lukamu,”. Kemudian ibuku datang dengan membawa pembalut dari ikat pinggangnya. Kemudian dibalutnya lukaku sedangkan baginda berdiri lalu baginda bersabda ” Bangunlah dan perangi kaum itu .”Kemudian baginda bertanya, “Siapakah yang mampu berbuat sepertimu wahai Ummu Umarah ?” Kemudian datanglah orang yang memukul anaknya tadi. Rasulullah SAW pun bersabda,
“Inilah orang yang memukul anakmu”,

“Kemudian Ummu Umarah mendekatinya dan memukul betisnya hingga tumbang . Maka Ummu Umarah melihat Rasulullah SAW tersenyum hingga nampak gigi taring baginda sambil banginda bersabda, “Engkau telah menghukumnya wahai Ummu Umarah”,” Kemudian kami pukul lagi dengan pedang sehingga musuh itu mati . Lalu baginda bersabda , “Segala puji kepunyaan ALLAH, yang telah memberi pertolongan kepadamu.”

DOA RASULULLLAH SAW UNTUK UMMU UMARAH DAN ANAKNYA

Imam Az Zahabi meriwayatkan dari Abdullah bin Zaid bin Ahsim ia berkata, “Saya mengikuti perang Uhud, maka ketika para sahabat meninggalkan Rasulullah SAW, saya dan ibu saya mendekati baginda untuk melindunginya, lalu baginda bertanya, “Mana Ummu Umarah?” Saya menjawab: ” Ya wahai Rasulullah ,” baginda bersabda :” Lemparkanlah”
Saya pun melemparkan sebuah batu kepada seorang lelaki yang sedang menunggang kuda di hadapan mereka, akhirnya batu itu mengenai mata kuda itu. Kemudian kuda tersebut bergoncang , sehingga penunggangnya terjatuh. Kemudian saya tindih orang itu dengan batu dan Rasulullah melihatnya sambil tersenyum.

Baginda juga melihat luka ibuku di belakangnya, baginda bersabda “Ibumu, ibumu balutlah lukanya, Ya Allah jadikan lah mereka sahabat saya di syurga”. Mendengar itu ibuku berkata : “Aku tidak hirau lagi apa yang menimpaku dari urusan dunia ini”.
Itulah Ummu Umarah yang mengibarkan panji-panji Islam . Membela Rasulullah SAW, ia terluka dalam perang Uhud sebanyak 12 tempat di tubuhnya dan kembali ke Madinah dengan luka2 perjuangan tersebut.

Abu Bakar ketika menjadi Khalifah pernah datang menemuinya untuk menanyakan sesuatu. Begitu juga Umar Al-Khattab pernah memperoleh beberapa helai pakaian yang di dalamnya ada yang baru . Maka pakaian yang baru itu dikirim pada Ummu Umarah. Begitulah kehidupan Ummu Umarah melalui hari-hari kehidupan denan penuh perjuangan tehadap Islam, kemudian sentiasa melakukan kewajipan samada masa perang baik waktu damai.
Ummu Umarah juga bersama Rasulullah SAW untuk menunaikan Baitur Ridhwan, satu janji setia untuk sanggup mati syahid di jalan ALLAH.

Setelah Rasulullah SAW wafat munculllah Musailamah Al Kazab yang mengaku menjadi nabi . Maka semua orang memeranginya.Hubaib putera Ummu Umarah diutus oleh baginda ketika baginda masih hidup, untuk menyampaikan surat pada Musailamah .Namun Hubaib ditawannya dan diseksa dengan seksa yang mengerikan, namun Hubaib tetap tabah dan sabar.

Musailamah bertanya kepada Hubaib, ” Apakah engkau mengakui bawaha Rasulullah itu adalah utusan ALLAH ?” Dia menjawab “Benar”.

Musailamah bertanya lagi, ” Apakah engkau mengetahui bahawa saya adalah utusan ALLAH ?”

Hubaib menjawab, “Saya tidak pernah mendengar yang demikian itu,”. Lalu Musailamah memotong-motong tubuh Hubaib sehingga ia meninggal dunia.

Ketika mengetahui bahawa anaknya Hubaib terbunuh, maka Ummu Umarah bernazar tidak akan mandi sehingga ia dapat membunuh Musailamah. Maka dia akan ikut serta anaknya Abdullah dalam perang Yamamah . Ia sangat berharap agar dapat membunuh Musailamah dengan tangannya sendiri . Namun takdir telah menentukan yang membunuh Musailamah bukan Ummu Umarah tetapi anaknya Abdullah yang menuntut bela diatas kematian saudaranya Hubaib .

Al Waqidi menceritakan peristiwa yang dialami oleh Ummu Umarah dalam peperangan ini dengan menyatakan, “Ketika sampai kepadanya berita kematian anaknya di tangan Musailamah al Kazzab, maka ia berjanji kepada ALLAH dan memohon kepadaNya agar ia juga mati di tangan Musailamah atau dia yang membunuh Musailamah”.

Maka dia pun mengkuti perang Yamamah bersama Khalid bin Walid , lalu Musailamah terbunuh dan tangan Ummu Umarah terpotong dalam peperangan tersebut.

Ummu Umarah berkata, “Tangan saya terpotong pada hari peperangan Yamamah, pdahal saya sangat berhajat untuk membunuh Musailamah . Tidak ada yang dapat melarangku sehingga aku dapat melihat anakku Abdullah bin Zaid mengusap pedangnya dengan pakaiannya , lalu aku berkata kepadanya: ” Engkaukah yang membunuhnya ?” Ia menjawab “Ya” . Kemudian aku bersujud kepada Allah kerana bersyukur.

Semoga Allah memberikan rahmat kepada Ummu Umarah dengan rahmat yang luas dan menyambutnya dengan keredhaanNya yang agung.

No comments:

Post a Comment